-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iklan

Salakanagara sebagai Kerajaan (Sunda) Tertua dI Indonesia

Minggu, 30 Juni 2019 | 15.46 WIB | 0 Views Last Updated 2019-06-30T08:49:07Z
Tanjung Lesung (depoKini) - Berdasarkan Naskah Wangsakerta - Kerajaan ini diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Sementara Salakanagara sendiri bahasa Sansakerta, memiliki arti "Negara Perak".

Salakanagara diyakini juga sebagai Leluhur Suku Sunda, hal ini dikarenakan wilayah peradaban Salakanagara sama persis dengan wilayah peradaban orang Sunda selama berabad-abad. 

Hal tersebut di atas diperkuat dengan adanya kesamaan kosakata, antara Sunda dan Salakanagara. Selain itu, ditemukan bukti lain berupa Jam Sunda atau Jam Salakanagara, cara mereka menyebut Waktu/Jam dengan bahasa Sunda.

Semua rujukan pembahasan mengenai Salakanagara, pasti berawal dari tokoh awalnya yang berkuasa di sini, yakni Aki Tirem. Dirinya sebagai penghulu atau penguasa kampung setempat, yang akhirnya menjadi mertua dari "Duta asal Pallawa" yang bernama Dewawarman.

Ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama "Dewi Pohaci Larasati" diperisteri oleh Dewawarman, membuat semua pengikut, dan pasukan Dewawarman menikahi wanita setempat, dan tidak ingin kembali ke kampung halamannya.

Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman diangkat sebagai raja, sebagai pengganti sang Ayah Mertua. Kemudian pada tahun 130 Masehi, Dewawarman mendirikan sebuah kerajaan dengan nama "Salakanagara", yang ibukotanya di "Rajatapura". Konon, kota inilah yang disebut Argyrè oleh Claudius Ptolemaeus ilmuwan Yunani dalam bukunya, Geographia, yang ditulis kira-kira tahun 150 Masehi, terletak di daerah Teluk Lada, Pandeglang, Banten.

Dalam bahasa Yunani, argyre adalah “perak”, sementara Salaka, dalam bahasa Sunda, artinya juga “perak”. Timbul pertanyaan, apakah  Argyre yang dimaksud Ptolemaeus adalah Kerajaan Salakanagara?

Berangkat dari Argyre dari pernyataan Claudius Ptolemaeus yang bukunya dirilis 150 M, sementara
Kerajaan Salakanagara didirikan pada tahun 130 M, atau 20 tahun sebelum Ptolemaeus menerbitkan Geographia, hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti dan pakar sejarah.

Perdebatan sejarahnya, jika hal tersebut dikaitkan dengan Kerajaan Kutai yang sebelum diungkapnya Salakanagara menjadi Kerajaan Tertua di Indonesia, mengingat sebelum terungkapnya Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Kutailah yang berdiri pada abad ke 4 yang tertua di Indonesia.

Salah satu bukti Salakanagara menjadi Kerajaan yang lebih tua dari Kerajaan Kutai adalah, ditemukannya catatan perjalanan dari Cina, dimana Kerajaan Salakanagara telah menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Han. Dimana, kerajaan Sunda ini pernah mengirimkan utusan ke Cina pada abad ke-3.

Dewawarman menjadi raja pertama dengan gelar "Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara". Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agninusa (Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau.

Hingga tahun 362 Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Salakanagara bertahan menjadi kerajaan selama 232 tahun, atau tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. 

Raja Dewawarman I berkuasa selama 38 tahun, lalu digantikan oleh anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar "Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. 

Sementara raja Salakanagara terakhir adalah "Prabu Dharmawirya" tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII, yang berkuasa hingga tahun 363. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur sentosa, juga kehidupan beragamanya sangat harmonis.

Dalam kurun waktu 130 - 362 Masehi, Kerajaan Salakanagara pernah dua kali dipimpin oleh Ratu, yakni Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M) dan Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M).

Setelah tahun 363 M, Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan pada tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama "Jayasinghawarman". (EW)

Foto : Istimewa
×
Berita Terbaru Update
-->