Jakarta, (Depokini) - Dollar Amerika semakin beringas, bahkan saat ini sudah tembus pada angka psychologisnya, yakni 15.000, artinya R1 sudah terlampaui.
Dan jika tidak tertanggulangi maka grafik menuju R2 artinya masuk pada ambang batas Rp 16.000, situasi ini diperkirakan akan terjadi pada bulan ini, dan gerak beringas USD menuju 16.000, tampaknya semakin tak terbendung, demikian yang disampaikan oleh Ir. Iwan Lesmana, anggota Dewan Penasehat Relawan Nasional PAS MANTAB.
Lalu lanjutnya, nampaknya rezim sudah tidak punya instrumen untuk melakukan intervensi pasar, karena BI sebagai otoritas moneter juga sdh keteteran dan apa yg dilakukan BI dengan menggelontorkan cadangan devisa sepertinya tidak berpengaruh signifikan terhadap sentimen pasar, situasinya saat ini yang dilakukan BI seperti menuang garam ke laut, imbuh Iwan.
Ilustrasi Rupiah anjlok |
Situasi semakin memburuk karena adanya kebijakan Trump yang memakai azas perdagangan berimbang dengan negara negara eksportir dengan pengenaan tarif bea masuknya, hal ini jelas membuat USD semakin liar dan sulit dikendalikan, ungkap pria bersahaja ini.
Menurutnya, lambat tapi pasti rezim ini sdh berada dibibir jurang kehancuran. Krisis ini sudah terjadi di mulai tatkala rupiah melewati angka 14.000, namun pada saat itu rezim masih punya instrumen untuk lakukan intervensi pasar agar bisa stabilkan rupiah, tapi ternyata apa yang dilakukan rezim tak merubah situasi, seperti yang sudah sampaikan, Fundamental ekonomi yang dibangun amat rapuh, dan cadangan devisa semakin terkuras, kini keberingasan USD semakin sulit dikendalikan, sepertinya rezim ini sudah pasrah dan sudah tidak terlihat lagi intervensi BI dalam upaya menstabilkan rupiah, papar Iwan Lesmana serius.
Hari ini kurs USD sudah pada posisi ini, menuju R2 Rp.16.000 adalah suatu keniscayaan, manakala R2 terlampaui 16.000, selanjutnya menuju R3 dan itu artinya, rezim ini menemui kehancurannya sendiri, pungkas Anggota Dewan Penasehat Relawan Nasional PAS MANTAB
(MasGatot)