Djoko Santoso (Joksan) saat menerima hadiah keris dari Calon Presiden, Prabowo Subianto, sabtu (8/9/2018) |
Jakarta, (Depokini) - Djoko Santoso (Joksan) calon ketua tim kampanye nasional pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, mengungkapkan bahwa Indonesia sedang menghadapi ancaman besar. Dia juga memaparkan tujuh upaya yang perlu dilakukan agar Indonesia tetap bertahan.
“Tujuh langkah ini sebenarnya masalah bela negara,” ucap Djoko usai merayakan ulang tahun ke 66 di kediamannya, Jakarta, Sabtu (8/9/2018).
Hal pertama yang harus dilakukan masyarakat Indonesia yakni membangun kesadaran berbangsa dan bernegara secara maksimal. Menurutnya, setiap warga negara benar-benar harus memahami hak dan kewajibannya.
Kedua, tokoh-tokoh nasional harus menjalin sinergi dalam membangun bangsa. Konsolidasi harus dilakukan oleh semua pihak.
“Tidak hanya berebut kekuasaan,” ucap Djoko.
Ketiga, Djoko menilai perlu ada revitalisasi nasionalisme. Menurutnya, nasionalisme masyarakat Indonesia sudah lama runtuh, sehingga perlu ada pembaharuan.
Nasionalisme yang dimaksud yakni menolak penguasaan pihak asing atas segala hal yang dimiliki Indonesia. Selain itu, Indonesia juga mesti menolak dan kebal terhadap kapitalisme.
“Peluru kapitalis itu duit. Ditembak ke kita kok malah enak. Kalau ditembak peluru timah, mati. Ini kok enak. ini mengancam negara kita maka harus diwaspadai,” ucap Djoko.
Keempat, Indonesia mesti meningkatkan kewaspadaan nasional. Djoko mengatakan Indonesia menghadapi persaingan dengan negara lain secara global. Indonesia harus selalu waspada. Jika tidak, kata Djoko, akan menjadi lemah. Karena lemah, Indonesia akan kalah. Jika Kalah, lanjutnya, Indonesia akan menderita.
Kelima, Djoko menilai Indonesia mesti menggerakkan roda ekomomi kerakyatan yang berkeadilan secara optimal. Menurutnya, itu telah diamanatkan UUD 1945 khususnya Pasal 33.
Djoko mengatakan saat ini Indonesia belum optimal menjalankan roda ekomomi yang berasaskan kerakyatan.
“Kalau saya lihat ini muka-mulanya ini tidak punya duit ya. Karena gajinya sedikit. Padahal sebagai negara yang layak, tenaga kerja di indonesia seharusnya berpenhmghasilan yang layak. Tapi di sini belum layak kita,” kata Djoko sambil bercanda.
Keenam, Djoko menganggap perlu ada rekonstruksi konstitusi atau UUD 1945. Dia mengamini bahwa UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan atau amandemen. Namun, menurutnya, justru amandemen dilakukan dengan salah.
“kita sudah diamandemen empat kali dan amandemennya itu tidak sesuai aturan. Maka harus diamandemen lagi,” ucap Djoko.
Menurut Djoko ekonomi seharusnya dimananfaatkan untuk kepentingan rakyat sebagimana yang disebutkan dalam Undang-undang dasar.
“Ekonomi ya untuk kemakmuran sebesar-besarnya rakyat. Tidak ada lagi rakyat yang ditindas dengan pajak yang memberatkan dan sebagainya. Nah itu semua bisa terlaksana jika kita melakukan rekonstruksi konstitusi,” lanjutnya.
Ketujuh, Djoko mengatakan masyarakat Indonesia mesti memilih pemimpin yang benar-benar Pancasilais dan menginspirasi rakyat untuk bersatu.
“Untuk bangkit, untuk bergerak agar Indonesia ini berubah. Kalau tidak benar memilih, maka bangsa Indonesia ini bisa punah,” kata Djoko pada awak media.
Senada dengan Joksan, Standarkiaa latief, aktifis 80 an yang menjadi Ketua Umum Relawan Nasional PAS MANTAB mengatakan bahwa kini saatnya anak bangsa Indonesia harus membuka mata, kedaulatan negeri ini harus di kembalikan kepada rakyat, secara utuh, Mari bung, rebut kembali, kata Bung Kiaa bersemangat.