Serang, (depoKini) - Sastrawan Banten, Toto ST. Radik, mengaku resah ketika masih munculnya kesimpang-siuran tentang wajah dari para Sultan Banten terdahulu. Menurutnya persoalan ini harus segera diselesaikan dan disepakati oleh pihak Pemda dengan cara membentuk semacam Tim Pencari Fakta (TPF).
“Karena itu sudah terlanjur mau tidak mau harus disetop, kemudian pemerintah membentuk tim untuk mengkaji foto (Sultan Banten) yang paling benar yang di dalamnya ada pemerintah, sejarawan, budayawan dan lain sebagainya, untuk bekerja sama mencari fakta-fakta itu,” kata Toto kepada awak media, Senin kemarin, (23/4/2018).
Jika memang datanya ada di luar negeri, seperti di Belanda dan negara lainnya, maka tim tersebut harus mencari hingga kesana. Namun, hal ini juga akan berhubungan dengan alokasi anggaran Pemda untuk persoalan ini.
“Tapi ini penting untuk dikaji, karena menyangkut bagian dari sejarah perjalanan bangsa," tambahnya.
Penelusuran keluar tersebut harus diawali dengan mencari dan mengumpulkan data-data atau dokumen yang ada di kalangan warga Banten, Dzuriyat Kesultanan Banten, keturunan langsung dari Sultan Banten.
“Siapa tahu mereka punya, atau ada catatan khusus yang menjelaskan profil sultan, seperti ciri-cirinya, matanya seperti bagaimana, alisnya seperti apa, itu bisa direka ulang oleh ahlinya, dan kemudian itu disepakati bersama oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,” terang Toto.
Untuk di Banten sendiri, sebenarnya terdapat salah satu versi wajah Sultan Banten yang dirasa mendekati aslinya, dikarenakan melalui beberapa pengumpulan data, yaitu patung Sultan Ageng Tirtayasa yang sedang berkuda, dan merupakan karya dari seniman Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Itu bisa menjadi salah satu referensi untuk diteliti, dibandingkan data-data lain yang ada di Taman Mini atau gambar di Belanda. Sepengetahuan saya, untuk Sultan Ageng Tirtayasa ada dua versi, yang patung berkuda dan di Taman Mini, kalau ada ditemukan yang lain tinggal dibandingkan,” ujarnya.
Pencarian fakta terkait wajah asli dari beberapa Sultan Banten, seperti Sultan Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa sebenarnya sudah selalu dilakukan beberapa tahun kebelakang. Namun sayangnya hingga saat ini masih saja belum menemui kesepakatan, dan bahkan tetap mengulang kesalahan yang sama.
“Untuk gambar yang Sultan Hasanudin itu sudah seharusnya tidak ditampilkan lagi, tidak divisualisasikan,” kata Toto.
Menanggapi usulan tersebut, Namin, Ketua DPRD Banten, mengatakan, dengan adanya kembali permasalahan penggunaan gambar Sultan Hasanudin Makasar yang dilakukan oleh Dindikbud Kota Serang, maka akan dicoba untuk didorong agar kembali mendata kebenaran sejarah Banten tersebut.
“Kami jadi diingatkan kembali terkait hal ini, ini memang seharusnya segera disikapi dengan mencari data yang sebenarnya, jangan sampai nanti kita bingung, Sultan Hasanudin itu dari Makasar atau dari Banten, untuk usulan pencari fakta, akan coba kami kawal,” jelas Namin.
Dengan melalui pencarian fakta tersebut, diharapkan akan mendapatkan sejarah Banten yang sebenarnya, dan akan diusahakan untuk didorong dalam program selanjutnya.
Berbeda dengan Namin, Walikota Serang, Tb Haerul Jaman mengatakan, tidak diperlukan adanya TPF, namun ia berjanji akan meminta kepada Dindikbud Kota Serang untuk menarik buku yang salah tersebut.
“Sebenarnya tidak perlu sampai buat tim, tapi cukup dengan memperhatikan dan mengkoreksi saja,” kata Walikota.