Photo : litbang Kompas |
Jakarta (depoKini) - Peta persaingan antarpasangan calon gubernur-wakil gubernur (cagub-cawagub) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018 dinilai belum menunjukkan dinamika yang luar biasa. Bahkan, kehadiran 'kuda hitam' di ajang pesta demokrasi terbesar di Jabar itu pun belum bisa diprediksi.
Meskipun keempat pasangan calon (paslon) yang bertarung di Pilgub Jabar 2018, yakni Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu), Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan (Hasanah), Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik), dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Duo DM) dinilai masih sama-sama berhitung dalam hal strategi, peta persaingan sementara ini hanya terlihat pada pasangan Rindu dan Duo DM.
Photo : jumlah perolehan kursi DPRD Jawa Barat, parpol pengusung paslon pilgub Jabar 2018(istw). |
"Jika mengacu pada hasil survei elektabilitas sejumlah lembaga survei, meskipun hasilnya berbeda-beda, hanya Rindu dan Duo DM yang bersaing ketat. Sementara Hasanah dan Asyik cukup tertinggal jauh," ungkap pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Firman Manan melalui sambungan seluler, senin (2/4/2018).
Menurut Firman, elektabilitas pasangan Hasanah dan Asyik yang tertinggal jauh tak lepas dari problem mesin partai pengusungnya. Dia menilai, Gerindra, PKS, dan PAN belum bekerja maksimal untuk memenangkan pasangan Asyik. Hal serupa juga terjadi pada PDIP sebagai pengusung pasangan Hasanah. Kubu Hasanah dan Asyik perlu bekerja ekstrakeras untuk mengimbangi elektabilitas Rindu dan Deddy-Dedi. Terlebih, Rindu dan Duo DM yang memang lebih dulu leading karena ditunjang faktor ketokohan (figur) yang cukup dikenal luas masyarakat Jabar.
"Meskipun suara partai tidak berimplikasi langsung terhadap suara paslon, namun tetap menentukan. Seperti halnya PKS, punya sejarah menang dua kali Pilgub Jabar dan dikenal solid, tapi kali ini kinerjanya belum terlihat maksimal. Hal yang sama terjadi pada PDIP, padahal PDIP sebagai partai pemenang di Jabar. Kinerja partai pengusung Asyik dan Hasanah ini tidak terlalu masif," paparnya.
Belum masifnya kinerja mesin partai pengusung pasangan Hasanah dan Asyik, dinilainya karena belum terjalin chemistry antara paslon dengan timses penggerak mesin partai pun juga dengan konstituen, kedua paslon baik Asyik maupun Hasanah belum berani keluar dan masih terjebak pada polarisasi elit parpol.
"Di pasangan Asyik misalnya, ada Pak Prabowo, Presiden PKS, Pak Aher (Gubernur Jabar Ahmad Heryawan), ada Pa Zulkfli Hasan dari PAN, sementara di PDIP ada Bu Megawati dan lainnya, mereka belum maksimal.
Hal lain yang menjadi alasan sulitnya memprediksi kehadiran 'kuda hitam' di Pilgub Jabar 2018 adalah sikap masing-masing paslon yang hingga kini masih berhitung soal strategi pemenangan. Dia memprediksi, masing-masing paslon akan memanfaatkan sisa waktu terakhir menjelang pencoblosan 27 Juni 2018 mendatang. Terlebih, berdasarkan hasil survei, sekitar 70 persen pemilih akan menentukan pilihannya di minggu-minggu terakhir masa kampanye dan 44 persen pemilih masih berpotensi mengubah pilihannya di masa tersebut.
"Saya kira, mereka (paslon) akan menerapkan strateginya di waktu-waktu terakhir itu. Seluruh kekuatan akan dikeluarkan dan digarap maksimal," katanya.
Hal lainnya, tambah Firman, adalah ketersediaan logistik dari masing-masing paslon. Sisa masa kampanye yang terbilang masih cukup panjang membuat paslon menahan diri untuk berkampanye secara masif, hal itu pun terjadi pada pasangan Hasanah dan Asyik. Mereka tak ingin 'kehabisan amunisi' di tengah jalan yang berakibat pada persoalan yang lebih besar.
"Karenanya, sejauh ini, saya belum melihat peluang munculnya 'kuda hitam' di Pilgub Jabar. Agak sulit memprediksi karena margin elektabilitas yang cukup jauh. Terlebih, mesin partai pun tidak terlalu aktif," tegasnya.
Meskipun begitu, Firman mengakui, pemenang Pilgub Jabar 2018 tidak bisa diprediksi. Dia menyebut, pasangan Hasanah dan Asyik tetap memiliki peluang memenangi Pilgub Jabar 2018. Selain harus bekerja ekstrakeras dengan mengoptimalkan mesin partai dan seluruh kekuatannya, peristiwa tak terduga pun bisa menjadikan pasangan Hasanah ataupun Asyik menjadi 'kuda hitam' dan memenangkan Pilgub Jabar 2018. (GDP)