-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Iklan

Dadio Banyu ben Luwih Becik, Ketimbang Dadi Watu (Jadilah air agar beruntung, daripada jadi batu)

Rabu, 28 Maret 2018 | 10.02 WIB | 0 Views Last Updated 2018-03-28T06:10:20Z
Jakarta, (DepoKini) - *belajar memahami hidup*

“ Le, simbah biyen nate ngendiko, wong kang salah mesti bakal seleh. Kowe ojo kleru anggonmu nyawang urip ( Nak, dulu kakek nenek kita pernah berpesan, orang salah, pasti akan menerima balasan atas kesalahan yang ia perbuat. Jangan keliru dalam memahami hidup ),” demikian pesan ibu, ketika hendak melepas saya, merantau ke Jakarta tiga puluh tahun silam.

Pesan ibu tersebut, tiba-tiba hadir, menari-nari dalam benak saya, memberi kekuatan baru di saat saya terbenam dalam kubangan masalah, yang nyaris meluluh lantakkan kehidupan saya. Karena fitnah, usaha yang saya rintis dengan susah payah, nyaris punah.

“ Lelaki sejati, tidak akan pernah cengeng meski diguncang badai sehebat apapun. Sudah ada takarannya, seberapa kuat manusia harus memikul ujian hidup. Gusti Alloh pirso, semua sudah ada ketentuannya. Alloh tidak akan memberi ujian di luar batas kemampuan hamba-NYA. Wis le, selehno atimu, jembarno pikiranmu, mengko bakal padhang dalane ( Sudahlah nak, endapkan hatimu, berfikir jernih, nanti akan terang jalannya,”. Nasehat ibu, hadir kembali menyentak lamunan saya.

Ibu adalah inspirasi hidupku, ibu adalah kekuatan bagi jiwa dan ragaku, di saat saya menghadapi setiap persoalan, wajah dan nasehatnya senantiasa muncul. Meski ibu kini sudah menghadap sang Khalik, tetapi ikatan hati seorang ibu dan anak tetap terjalin, bagiku ibu tak pernah mati.

Nasehat ibu, adalah sebuah proses perenungan batin yang luar biasa, dengan kesederhanaan dan keluguan seorang ibu, bukan berarti ibu tidak memiliki visi hidup, tapi justru karena nasehatnyalah yang mengajarkan diri ini belajar mengerti bagaimana memaknai hidup secara benar.

Leluhur kita, terutama masyarakat Jawa memiliki filosofi hidup yang jika dicermati memiliki makna yang begitu dalam. Tetapi, kadang diantara kita sering meremehkan filosofi tersebut dan menilai sebagai hal yang kuno dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur tersebut sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sampai kapanpun.
Menurut saya, filosofi seperti yang dipesankan secara turun temurun, dari ibu kepada saya, "Dadio banyu, ojo dadi watu", adalah Visi, yang akan mengajak kita untuk menjadi pribadi yang tangguh, tanpa kenal putus asa, berjuang gigih dengan tetap mengedepankan etika dan moral.

Kata-kata singkat yang penuh makna dan jika ditelaah memang manungso kang nduweni manunggaling roso (manusia yang sudah mampu menyatukan rasa) itu harus tahu bagaimana caranya untuk dadi banyu.

Mengapa kita manusia ini harus bisa menjadi banyu (air)? Karena air itu bersifat menyejukkan. Ia menjadi kebutuhan orang banyak.

Makhluk hidup yang diciptakan GUSTI ALLAH pasti membutuhkan air. Nah, air ini memiliki zat yang tidak keras. Artinya, dengan bentuknya yang cair, maka ia terasa lembut jika sampai di kulit kita.

Berbeda dengan watu (batu).Batu memiliki zat yang keras. Batu pun juga dibutuhkan manusia untuk membangun rumah atau apapun. Pertanyaannya, lebih utama manakah yang lebih utama,  menjadi air atau menjadi batu? Kuat manakah air atau batu?

Orang awam akan berpikir dan menyatakan bahwa Watu (batu) lebih kuat. Tetapi bagi orang yang memahami keberadaan kedua zat tersebut, maka ia akan menyatakan yang lebih kuat adalah banyu (air), mengapa lebih kuat air daripada batu ?jawabannya sederhana saja, anda tidak bisa memecahkan air dengan palu, tetapi anda bisa memecah batu dengan palu.

Artinya, meski terlihat lemah, namun air memiliki kekuatan yang dahsyat. Tetes demi tetes air, akan mampu menghancurkan batu. Dari filosofi tersebut, kita bisa belajar bahwa hidup di dunia ini kita seharusnya lebih mengedepankan sifat lemah lembut bak air.

Dunia ini penuh dengan permasalahan. Selesaikanlah segala permasalahan itu dengan meniru kelembutan dari air. Janganlah meniru kekerasan dari batu. Kalau Anda meniru kerasnya batu dalam menyelesaikan setiap permasalahan di dunia ini, maka penyelesaian masalah tersebut pasti akan menimbulkan permasalahan baru.

Visi adalah kunci dalam mensikapi permasalahan kehidupan. Visi sangat diperlukan, karena akan dapat memicu dan menjadi sumber bahan bakar di dalam diri kita untuk berani tampil menjadi lebih baik. Dan visi akan berfungsi sebagai pemicu semangat bagi orang lain, bisa menginspirasi orang lain. Seseorang yang tidak memiliki visi, sama artinya ia berjalan tanpa arah dan tujuan, dan tidak memiliki pencapaian apapun.

Jika Anda belum merasakan visi Anda, periksalah diri, instropeksi lah dan renungkan semua potensi alami dan hasrat Anda. Lakukan yang terbaik, dan terus lakukan yang terbaik, agar anda bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

Teruslah berbuat baik, jika beruntung anda akan bertemu dengan orang baik, jika tidak beruntung anda akan di ketemukan oleh orang baik.

Salam satu hati untuk Nusantara
×
Berita Terbaru Update
-->